Selasa, 17 November 2009

geografi "lithosfer "

Arsip untuk ‘LITOSFER’ Kategori

Tentang material padat di Bumi.

Batuan 3 (analisis megaskopis)

Ditulis oleh wahyuancol di/pada November10, 2009

Analisis megaskopis terhadap batuan adalah pengamatan terhadap batuan yang dilakukan terhadap sampel genggaman atau singkapan di lapangan dengan menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar.

Klasifikasi batuan sederhana yang saya posting sebelumnya sebenarnya adalah klasifikasi batuan untuk analisis megaskopis.

Dengan analisis megaskopis kita dapat menentukan jenis dan nama batuan. Faktor kunci yang diperlukan adalah (1) pemahaman tentang karakteristik dari setiap jenis batuan sehingga mampu membedakan antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorfik, (2) kemampuan mengidentifikasi mineral-mineral utama penyusun batuan atau komponen lainnya sehingga mampu menyebutkan komposisi batuan, (3) kemampuan mengenal berbagai macam tekstur atau struktur dari setiap jenis batuan.

Batuan Beku

Batuan beku secara umum dapat kita bedakan dengan mudah dari warna dan ukuran butir kristal mineral penyusunnya.

Warna batuan: dapat dibedakan menjadi kelompok batuan berwarna cerah, abu-abu, gelap (hitam dan hijau). Warna batuan mencerminkan komposisi mineral penyusunnya. Selanjutnya lihat klafikasi sederhana.

Ukuran butir mineral:

dapat dibedakan menjadi kasar (fanerik kasar), halus (fanerik halus) dan sangat halus (afanitis).Kelompok batuan yang berbutir kasar sampai medium: granit, diorit, gabro; berbutir halus sampai afanitik: riolit, andesit, basalt.Kelompok batuan ultramafik mineral penyusunnya berukuran butir sangat besar.

Mineral-mineral

penyusun batuan yang umum kita jumpai menyusun batuan beku adalah kuarsa, feldspar,biotit, hornblende,piroksin, olivin.Kuarsa: bening-putih seperti kaca.Feldspar: putih sampai abu-abu, kilat kaca sampai agak suram.Biotit: hitam, kilat kaca.Hornblende: hitam,kilat kaca, memanjang.Piroksin: hitam, kilat kaca, tampak endek.Olivin: berwarnahijau, kilat kaca.Tekstur batuan beku menggambarkan tingkat kristalisasi batuan yang terekspresikan dalam bentuk ukuran butir mineral penyusunnya. Secara megaskopis kita dapat membedakan tekstur ekuigranular (butiran relatif berukuran seragam), porfiritik (terdapat butiran yang lebih kasar atau fenokris di antara butiran yang lebih halus yang lebih banyak atau massa dasar), dan afanitik (butiran tak dapat dibedakan secara megaskopis).Struktur batuanbeku memperlihatkan adanya kenampakan tanda-tanda yang menunjukkan proses yang terjadi ketika pembekuan berlangsung. Bila batuan tampak homogen, dikatakan berstruktur masif; bila tampak ada kesan orientasi tertentu dari butiran mineral atau lubang, dikatakan berstruktur aliran atau fluidal yang menunjukkan bahwamagma mengalir ketikapembekuan berlangsung.

Batuan Sedimen

Batuan sedimen dapat dikenal dengan dari bentuk dan ukuran butir komponen penyusunnya dan komposisi. Secara umum butiran batuan sedimen mengesankan adanya mekanisme transportasi yang terlihat dari butirannya yang terkesan mengalami penggerusan. Setiap butiran komponen penyusunnya tampak benar-benar terpisah satu sama lain dengan kata lain tidak ada kesan tumbuh bersama. Hubungan antar butiran penyusunnya juga mengesankan kehadiran melalui bantuan media traspotasi yang terlihat dari butiran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Keadaan ini berbeda dengan batuan beku atau batuan metamorf.

Pada kedua jenis batuan tersebut butiran mineral penyusunnya dapat saling mengunci karena tumbuh atau terbentuk di dalam lingkungan yang relatif sama dan berdampingan dengan kontak fisik.

Kenampakan berlapis

yang jelas batas perlapisannya secara fisik menjadi ciri umum batuan sedimen. Perlapisan dapat terjadi karena perbedaan ukuran butir yang tegas, dan setiap unit lapisan terpisah secara fisik.

Komponen penyusun batuan sedimen dapat berupa mineral, dan dapat pula fragmen cangkang, fragmen tumbuhan atau fragmen batuan lain. Semua komponen berupa fragmen tersebut bila ada

akan dapat kita kenal dengan mudah. Untuk komponen berupa mineral, mungkin sulit mengenal jenis mineralnya, tetapi kita dapat kita kenal dari sifat fisiknya seperti mineral lempung yang lunak. Mineral-mineral kristalin umunya terasa seperti butiran pasir.


Ukuran butiran

sangat bervariasi, yang dalam pengertian sehari-hari dapat berukuran butir mulai dari sangat halus seperti bedak; berukuran pasir seperti pasir yang dipergunanan oleh tukang bangunan untuk membuat pasangan tembok; kerikil yang berukuran gotri, kelereng, bola pingpon, bola tenis dan seterus nya sampai bola basket yang kita kenal sebagai bongkahan batu. Keadaan ini berbeda dari batuan beku atau metamorf yang ukuran butirannya secara umum berada dalam kisaran beberapa milimeter. Di dalam batuan beku mungkin dijumpai mineral yang berukuran mencapai 1 senti meter, tetapi itu untuk kondisi khusus yang jarang.

Apabila kita menjumpai batuan sedimen atau mengamati sampel batuan sedimen, maka bila kita meraba permukaannya akan terasa permukaan yang kasar

seperti amplas. Bila batuan itu lunak, dapat terasa permukaan yang halus. Bila butirannya mudah lepas maka kita dapat mengerusnya dengan kuku dan melepaskan butirannya. Kita tidak pernah menjumpai kondisi batuan yang lunak dan

mudah digerus kuku pada batuan beku. Pada batuan metamorfik, kondisi batuan yang butirannya mudah dilepas atau lunak juga sangat jarang.

Batuan sedimen yang umum dijumpai adalah batu pasir yang butirannya berukuran pasir; batulempung yang berbutir halus dan menjadi liatbila basah; batu lanau bila berbutir halus tetapi terasa seperti ampelas.

Apabila ada fragmen di dalam batuan sedimen, maka kita akan dengan mudah mengenalnya apakah itu fragmen batuan, fragmen hewan yang umumnya berupa cangkang, atau fragmenkayu.

Batuan Metamorfik

Batuan metamorfik mudah dikenal dari mineral penyusunnya yang kristalin dan umumnya berbentuk lempengan, memanjang atau pipih. Pada satu sampel batuan, sering kita melihat kesan penjajaran di satu sisi dan kesan berbutir di sisi yang lain yang tegak lurus dengannya.Batuan metamorf mudah dibedakan dari komponen penyusunnya dan kenampakan fisiknya. Sering batuanmetamorfik memiliki kenampakan seperti batuan beku, tetapi kita dapat membedakannya dari batuan beku dari kehadiran mineral-mineral pipih atau mika dan adanya kenampakan butiran yang terorientasi.Kehadiran mineral pipih yang banyak kadang membuat batuan metamorfik tampak seperti tersusun oleh lempengan mineral yang mudah dipisahkan seperti lembaran kertas. Sementara kehadirn mika sering memberi kenampakan berkilat pada permukaan batuan.

Perlu kita ingat bahwa faktor temperatur dan tekanan adalah dua hal penting dalam pembentukan batuan metamorfik. Faktor tekanan itulah yang menimbulkan penjajaran mineral di dalam batuan metamorfik. Kehadiran mineral mika merupakan indikator penting yang membedakan batuan metamorfik dari batuan beku, dan menentukan tingkat metamorfime yang dialami batuan metamorfik.

Demikian uraian singkat tentang pengenalan batuan secara megaskopis.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Wahyu

Ditulis dalam Batuan, LITOSF

ER | Bertanda: , , | Leave a Comment »


Bencana Alam di Indonesia

Ditulis oleh wahyuancol di/pada November3, 2009

Bencana alam didefinisikan sebagai bencana yang menimpa manusia murni karena proses alam. Definisi ini mengisyaratkan ada bencana karena aktifitas manusia dan ada pula bencana alam yang dipicu atau diperhebat oleh aktifitas manusia. pada kesempatan ini kita hanya membicarakan bencana yang murnikarena proses alam.

Proses alam dapat terjadi di geosfer atau lithosfer, hidrosfer atau di air atau di laut, dan atmosfer atau di udara. Proses alam yang terjadi di tigadomain itu dapat saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian, bencana alam yang terjadi di suatu kawasan, termasuk di Indonesia, sangat ditentukan oleh kondisi geologi, oseanografi dan meteorologi kawasan atau daerah tersebut.Meskipun kita dapat membedakan adanya geosfer, hidrosfer dan atmosfer, namun proses yang terjadi sering sangat berkaitan satu sama lain dan kadang tidak dapat berdiri sendiri.

Bencana terkait Kondisi atau Proses Geologi

Berikut ini kita meninjau bencana alam yang proses utamanya adalah proses geologi. Proses geologi dapat dibedakan menjadi proses-proses endogen (yang bekerja di dalam Bumi) dan proses-proses eksogen (yang bekerja di permukaan Bumi).

Proses endogen terdiri dari:

  1. Gerak Tekto nik menyebabkan gempa. Gempa dapat mengebabkan terjadinya patahan di kerak bumi. Guncangan gempa dapat mencetuskan Longsor atau Gerakan Tanah seperti yang terjadi di Padang Pariaman. Adapun patahan yang terjadi di dasar laut dapat memicu terjadinya Tsunami (proses terjadi di laut atau hidrosfer), seperti yang terjadi ketika gempa 26 Desember 200 4 di Samudera Hindia. Sementara itu, longsor yang terjadi di palung-palung laut dalam juga dapat menimbulkan Tsunami.
  2. Magmatisme menimbulkan gunungapi – menyebabkan letusan gunungapi yang menimbulkan aliran Awan Panas atau Lahar Panas bila ada danau kawah yang ikut jebol. Kemudian, endapan pasir di lereng gunungapi bila terkena hujan lebat (proses atmosfer) dapat menimbulkan aliran Lahar, baik lahar panas maupun lahar dingin. Contohnya seperti yang terjadi Gunung MerapiYoguyakarta.

Proses eksogen terdiri dari:

  1. Pelapukan batuanmenyebabkan gerakan tanah atau longsor. Longsong yang terjadi pada batuan yang lapuk dapat terjadi karena dipicu oleh guncangan gempa (proses endogen), atau oleh curah hujan (prosesdi atmosfer) yang tinggi.
  2. Banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi. Aliran air yang terjadi dapat menimbulkan erosi di tebing-tebing sungai. Muatan sed imen yang masuk ke laut

    karena aliran sungai akan menimbulkan sedimentasi di laut.

Bencana terkait Proses di Atmosfer

Berikut ini adalah bencana yang terjadi dengan proses-proses di atmosfer sebagai proses utama.

  1. Anginterjadi karena proses-proses yang terjadi di atmosfer. Tiupan angin terjadi karena

    perbedaan tekanan udara. Di Indonesia, pola angin musiman secara umum dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara di Benua Asia dan Benua Australia (Kepulauan Indonesia terletak di antara kedua benua itu). Kita mengenal adanya Musim Angin Barat dan Musim Angin Timur. Untuk daerah pesisir, daerah yang terbuka dari arah barat akan terkena pukulan gelombang yang timbul karena angin barat; sedang untuk daerah pesisir yang terbuka dari arah timur akan terkena pukulan gelombang yang timbul karena angin yang bertiup dari arah timur. Di daerah-daerah tertentu, karena kondisi morfologi daratannya yang bergunung-gunung, dapat terjadi tiupan angin lokal yang merusak. Kita di Kepulauan Indonesia tidak mengalami Badai Tropis. Tetapi, badai yang terjadi di Samudera Hindia dapat menimbulkan gelombang tinggi di pantai-pantai dari pulau-pulau di Kepulauan Indonesia yang menghadap ke Samudera Hindia. Pukulan gelombang di pantai dapat menyebabkan erosi pantai.
  2. Kekeringan (dan Banjir) – terjadi di Indonesia berkaitan dengan perubahan musim angin yang berkaitan dengan posisi Kepulauan Indonesia yang diapit oleh dua benua itu. Atau karena pengaruh dari proses atmosfer yang terjadi di Samudera Pasifik (El Nino atau La Nina). Karena pengaruh proses Samudera Pasifik, musim kering dapat berlangsung lebih panjang durasinya, musim hujan datang terlambat, atau curah hujan sangat tinggi. Kekeringan dapat menimbulkan kebakaran hutan (seperti terjadi di Sumatera dan Kalimantan) atau kelaparan (atau kekurangan stok pangan nasional) karena kehabisan bahan pangan.

Demikian gambaran tentang berbgai bencana alam yang dapat terjadi di Kepulauan Indonesia.

Dengan memahami bagaimana suatu bencana alam dapat terjadi dan faktor-faktor yang mencetuskan atau mempengaruhi kejadiannya, maka kita dapat memperkirakan tempat kejadian atau yang akan terlanda bencana, dan waktu kedatangan atau kejadian suatu bencana.

Khusus untuk gempa, memang kita belum dapat memperkirakan waktu kejadiannya, tetapi kita dapat menentukan daerah-daerah yang berbahaya bila terjadi gempa.

Semoga bermanfaat

Ditulis dalam Banjir, Erosi, Gelombang, Gempa, HIDROSFER, LITOSFER, PROSES (BENCANA) ALAM, Tsunami, Volkanisme | Bertanda: , , , , , , , , , , | 2 Komentar »

Piroksenit

Ditulis oleh wahyuancol di/pada Februari28, 2009

Piroksenit adalah batuan beku plutonik, berkomposisi mineral-mineral dari keluarga piroksin, seperti augit, bronzit, diallag, diopsid, enstatit, hipersten. Ukuran butir mineral-mineralnya sangat kasar, bahkan individu mineralnya dapat mencapai ukuran inci.
Hubungan kekerabatan komposisi piroksenit sangat dekat dengan gabro (piroksin + plagioklas) dan peridotit (piroksin + olivin).

Ditulis dalam Batuan, | Bertanda: , , , , | 1 Komentar »

Erosi 2 (hakekat erosi, keuntungan, kerugian)


Dalam posting sebelumnya telah disebutkan bahwa Erosi adalah lepasnya material padat (sedimen, tanah, batuan dan tertikel lain) dari batuan induknya oleh air, angin, es, gaya gravitasi atau organisme.

Apabila kita perhatikan baik-baik proses erosi yang terjadi maka kita akan melihat keadaan berikut ini:

  1. Erosi menyebabkan hilangnya material dari suatu tempat. Di lokasi asal material tersebut terjadi pengurangan material. Selain itu, apabila daerah tersebut tinggi, maka erosi menyebabkannya menjadi lebih rendah. Dari sudut pandang geomorlogi maka, erosi merupakan bagian penting dari proses pendataran (pembentukan dataran)permukaan Bumi. Selain itu, erosi juga bekerja mengukir permukaan Bumi. Hasilnya adalah alur-alur air atau lembah-lembah sungai di daerah perbukitan atau pegunungan. Jadi, tanpa erosi maka gunung-gunung akan tetap menjuilang tinggi dan tidak ada ukiran alur air dan lembah sungai yang indah itu.
  2. Erosi merupakan penghasil muatan sedimen untuk ditransportasikan dan kemudian diendapkan di tempat lain. Jadi, bila tidak diawali oleh proses erosi maka tidak akan ada muatan sedimen yang dapat ditransportasikan, dan selanjutnya tidak akan ada pengendapan yang akan terjadi. Dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa proses erosi merupakan kunci dari proses transportasi sedimen dan proses pengendapan sedimen.

Itulah hakekat dari proses erosi.

Kerugian karena Erosi

Sebagaimana halnya proses alam lainnya, erosi dikatakan merugikan bila mengenai kepentingan manusia secara langsung dan segera dirasakan pengaruhnya.

Berikut ini beberapa kerugian karena erosi:

  1. Kehilangan tanah yang subur di daerah pertanian atau perkebunan yang mengalami erosi. Erosi permukaan tanah menyebabkan humus tanah yang subur di suatu kawasan hilang terbawa ke tempat lain. Pembuatan lahan persawahan berteras di daerah berlereng merupakan salah satu upaya mengurangi kerugian karena erosi ini.
  2. Kehilangan lahan secara fisik dan berbagai objek di atasnya. Contoh dari kondisi ini adalah erosi yang terjadi di sepanjang tepi aliran sungai atau tepi pantai. Erosi menyebabkan kehilangan lahan. Bila di atas lahan itu ada rumah, jalan atau berbagai objek lainnya, maka semuanya akan turut hilang bersamaan dengan hilangnya lahan karena erosi itu.

Keuntungan karena Erosi

Di atas telah disebutkan bahwa erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses sedimentasi. Keuntungan dari proses erosi ini dengan demikian harus kita lihat dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh. Kita harus melihat bahwa erosi menguntungkan karena tanpa erosi maka sedimentasi tidak akan terjadi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi, maka tidak akan ada lahan persawahan dataran rendah yang subur. Tanpa erosi di darat, maka tak kan ada sedimentasi di pantai atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita mendapatkan minyak dan gas bumi.

Penutup

Erosi adalah sebagian dari proses alam yang penting bagi kelangsungan hidup di Bumi. Keuntungan dan kerugian dari proses itu bersifat relatif, tergantung dari cara kita memandangnya.

Ditulis dalam Cara Bumi di Hidupkan, E, Erosi, Sedimen | Bertanda: , , , , , , | 2 Komentar »

Pantai (tipe, klasifikasi sederhana, proses)

Ditulis oleh wahyuancol di/pada Desember16, 2008

Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi:

  1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
  2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi:
    1. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
    2. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
  3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.

Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:

  1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).
  2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.
  3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove.

Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:

  1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.
  2. .Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar